Rabu, 27 Mei 2009

PLASTIK

KEMASAN PLASTIK


Kata ‘plastik’ berasal dari bahasa Yunani ‘ plastikos’ yang berarti dapat dibentuk menjadi ukuran yang berbeda-beda (Setyowati 2000). Bahan dasar untuk pembuatan plastik berasal dari minyak bumi, gas alam, dan batubara (Setyowati 2000).

Plastik memiliki densitas yang berbeda, tergantung pada monomer-monomer penyusunnya. Polyethylene (PE) dan polypropylene (PP) memiliki densitas yang lebih rendah sehingga dapat mengambang di atas permukaan air. Lain dengan polyvinil chloride (PVC) yang densitasnya lebih tinggi menyebabkan plastik ini tidak dapat mengambang di atas permukaan air (Setyowati 2000). Perbedaan densitas pada berbagai jenis plastik disebabkan oleh perbedaan bobot molekul penyusun serta derajat polimerisasinya. Adanya bahan pengisi atau pemlastis yang mengisi ruangan antar molekul primer dapat meningkatkan densitas plastik (Setyowati 2000).

Umumnya plastik bersifat tahan lama. Namun ada beberapa yang mengalami penurunan karena sinar matahari dan beberapa jenis bahan kimia tertentu. Misalnya minyak mineral (terbuat dari minyak mentah) membuat polyethylene menggelembung dan akhirnya hancur (Setyowati 2000). Saat ini telah ditemukan plastik biodegradabel sebagai solusi pencemaran plastik. Platik ini terbuat dari pati sehingga mudah terurai dalam tanah.

Plastik merupakan bahan yang tidak baik dalam menghantarkan listrik maupun panas. Dalam dunia industri, selain sebagai bahan kemasan plastik juga dimanfaaatkan untuk menutup dan menyekat kawat tembaga serta sebagai bahan dasar pembuatan kontainer penyimpan makanan dingin dan panas (Setyowati 2000).

Beberapa jenis plastik, salah satunya adalah polyethylene. Polyetilene merupakan film yang lunak, transparan, fleksibel, mempunyai kekuatan sobek dan benturan yang baik. Jenis plastik ini termasuk termoplastik sehingga mudah dibuat kantung dengan derajat kerapatan yang baik. Proses polimerisasi polyetilene dilakukan dengan dua macam, pertama dengan polimerisasi yang dijalankan dalam bejana bertekanan tinggi (1000-3000 atm) menghasilkan makro dengan banyak percabangan yakni campuran dari rantai lurus dan bercabang. Cara kedua, polimerisasi dalam bejana bertekanan rendah (10-40 atm) menghasilkan makro rantai lurus dan tersusun paralel (Syarief 1988).

Polyetilene terbagi menjadi LDPE (Low Density Polyetilene) dan HDPE (High Density Polypropilene). Sifat mekanis LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya, daya produksi terhadap uap air baik, namun kurang baik untuk oksigen. Sedangkan HDPE mempunyai sifat kaku, lebih keras, kurang tembus cahaya, dan terasa kurang berlemak (Syarief 1988).

Polypropilene ialah jenis plastik yang lebih kuat, ringan dengan daya temus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap. Monomer polypropilene diperoleh dengan pemecahan secara thermal naptha etilen, propylen, homologues yang lebih tinggi dipisahkan dengan distilasi pada temperatur rendah (Birley 1988).

PVC (Poluvinilchlorida) adalah jenis plastik yang bersifat kaku. Sifatnya tembus pandang, permeabilitas terhadap uap air rendah, kekuatan tarik tinngi, tidak mudah sobek, dapat dipengaruhi hidrokarbon aromatik,keton, aldehid, ester, belerang, nitrogen, serta tahan terhadap minyak, alkohol, dan pelarut proteleum (Syarief 1988).

Definisi densitas adalah berat platik per satuan volume. Pengukuran densitas penting untuk mengetahui kemampuan umum plastik dalam melindungi produk dari air, oksigen, dan karbondiokasida, dan lain-lain. Densitas yang rendah menunjukkan bahwa plastik mudah ditembus fluidapengukuran gramatur juga penting karena dapat mewakili produsen (berat plastik) dan konsumen (luas plastik) (Birley 1998).

Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar